Aku mengambil sandal yang ada di rak sepatu, memakainya, dan berjalan menuju halaman rumah sambil membawa ponsel.
Akhir-akhir ini, setiap pagi di hari libur, aku suka memotret tumbuhan-tumbuhan yang ada di halaman rumahku. Walaupun kecil, halaman rumahku memiliki banyak tumbuhan. Bunga mawar, bunga bougenville, bunga kembang sepatu, bunga kamboja, dan bunga-bunga kecil lain yang tidak kuketahui namanya. Bunga-bunga itu tidak ditanam di pot, melainkan langsung ditanam di tanah. Penempatan setiap bunga dibuat rapi di depan teras rumah dan saling bersebelahan. Di sisi kanan, terdapat rak pot yang ditumbuhi oleh tanaman-tanaman daun, seperti pohon beringin, bonsai, lidah mertua, dan lain-lain. Di seberang rak pot, terdapat pot-pot besar untuk tumbuhan yang ukurannya juga besar, seperti monstera, kuping gajah, dan aglaonema. Di tengah halaman, terdapat jalan berbatu. Di kanan-kiri jalan berbatu, tumbuhan-tumbuhan lain juga tumbuh, seperti daun clover, bunga petunia, dan bunga-bunga kecil lainnya. Terkadang, lebah dan kupu-kupu berdatangan di antara bunga-bunga kecil itu. Ketika momennya pas, aku memotretnya dan mengunggahnya di Minstagram.
Hari ini, aku ingin memotret bunga-bunga kecil dari berbagai angle. Walaupun kecil, bunga-bunga ini memiliki warna yang indah. Aku berjongkok, mendekati bunga yang berwarna ungu dan berharap lebah-lebah sedang menghinggapi bunga-bunga itu. Sayangnya, tidak ada satupun lebah yang hinggap. Aku mulai membuka kamera ponselku, menyorotnya ke arah tanaman itu. Saat sedang mencari angle, di antara bunga-bunga itu, aku melihat orang. Orang yang sangat kecil muncul dari dalam bunga-bunga.
Aku terkejut dan reflek memekik sedikit kencang. Orang kecil tersebut masuk ke dalam bunga-bunga. Tanpa sadar, aku terduduk sambil memegang ponsel. Aku melihat ke arah bunga-bunga itu.
Apa itu? batinku dalam hati.
Tiga puluh detik kemudian, aku memberanikan diri dan memutuskan untuk mendekati bunga-bunga itu. Aku berjongkok lagi dan berbicara pada "seseorang" yang ada di dalam bunga-bunga itu.
"Halo. Um, ga usah takut. Kamu bisa keluar."
Aku merasa seperti orang bodoh, seakan-akan aku berbicara pada bunga sendirian di tengah halaman.
Setelah mengatakan itu, bunga-bunga di depanku bergerak-gerak dan memunculkan sosok orang kecil tadi. Dia mengeluarkan seluruh tubuhnya dari bunga-bunga, mengepakkan sayapnya, dan berdiri di atas sebuah bunga. Aku memperhatikannya dengan takjub. Dia memakai baju terusan selutut berwarna beige di bagian atas, dan berwarna coklat tua di bagian bawah. Terusan itu dilengkapi dengan dua kancing baju di bagian dada. Lengan pada terusan itu berwarna beige dan berbentuk bulat, seperti lengan yang ada di gaun cinderella. Telinganya runcing di bagian atas seperti elf dan sepasang sayap yang berkilau. Dia memakai sepatu dengan hiasan kupu-kupu di atasnya. Dia seperti peri.
Apa dia peri? Pasti dia peri! Tapi apa benar dia peri? Peri kan hanya fantasi, batinku sambil masih takjub dan masih terpaku di tempat aku berjongkok.
Aku menyapanya lagi. Dia tidak menjawab. Mungkin dia takut. Aku mengulurkan jari telunjukku, bermaksud ingin bersalaman seperti manusia dan peri yang bersalaman di dalam kartun. Namun, dia menjauh sedikit dan terbang melewatiku, ke arah langit.
Aku melihatnya dari kejauhan sampai tidak terlihat lagi. Aku termenung. Aku tidak sempat memgambil fotonya. Aku berpikir, kalau bukan peri, apa dia siluman?
Comments
Post a Comment