"Natasha, tolong antar ini ke meja nomor 14, ya."
"Oke."
Natasha, seorang mahasiswi semester satu yang bekerja part-time di sebuah cafè yang dekat dengan kampusnya. Dia ingin mencoba mencari pengalaman dan menambah uang jajan. Sehingga, dia mengambil pekerjaan sebagai waitress di cafè ini. Karena mata kuliah di semester satu lumayan banyak, dia hanya mengambil kerja part-time di hari Rabu, Kamis, dan Jumat siang karena di hari-hari tersebut mata kuliah yang diambil Natasha tidak terlalu banyak.
"Pesanan meja nomor 14, strawberry shortcake dan milkshake vanilla," Natasha menyebutkan pesanan meja nomor 14.
Setelah meletakkan kue dan minuman di meja itu, Natasha mengucapkan "silakan" dan pergi.
TRILING.
Pintu cafè terbuka, menandakan adanya pengunjung baru yang masuk. Natasha melihat ke arah pintu dan mendapati seorang laki-laki tampan. Tingginya sekitar 175 cm, tubuh lumayan berisi, kulit cerah, dan rambut yang berwarna coklat gelap. Dia memakai celana panjang berwarna hitam dan kemeja berlengan pendek.
Pria itu langsung menuju kasir untuk memesan sesuatu.
"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Larissa, pegawai cafè yang bekerja sebagai kasir sekaligus barista.
"Saya mau pesan satu Matcha Latte dan satu Blueberry Cheesecake," pesan pria itu.
"Baik. Apa ada lagi?" tanya Larissa.
"Tidak," jawab pria itu singkat.
Larissa menghitung total makanan dan minuman yang dipesan oleh pria itu dengan tablet yang digunakan sebagai alat mesin kasir dan memberitahu jumlah totalnya. Pria tersebut mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar.
Pria itu mengambil stand nomor yang diberikan Larissa dan duduk di sebelah jendela.
Natasha dari tadi memperhatikan pria itu diam-diam dan langsung teringat tokoh-tokoh cowok webtoon yang mempunyai paras yang sangat, sangat tampan.
"Nat, cowok yang tadi ganteng banget," kata Larissa sambil senyum-senyum.
"Lar, cepetan bikinnya. Nanti dia nunggu lama," kata Natasha.
"Ga asik! Tapi, lo setuju 'kan kalo dia ganteng? Gila, tadi gue serasa kayak ngeliat pangeran!" kata Larissa sambil menyiapkan membuat minuman yang dipesan oleh pria tadi.
"Iya, sih," jawab Natasha.
"Enak, ya, lo jadi waitress, nganterin makanan sama minuman ke cowok itu!"
"Hahaha. Lagian cuma bentar doang kok."
Natasha membawa nampan yang berisi kue dan matcha yang dipesan. Meja nomor 15.
Natasha berjalan menuju meja yang memiliki stand nomor 15.
"Permisi. Satu Matcha Latte dan Blueberry Cheesecake," sapa Natasha.
"Oh, iya," kata pria tersebut.
Natasha meletakkan pesanan pria tersebut di atas meja. Natasha mengecek kertas bon yang ada di meja dan memastikan bahwa semua pesanan meja nomor 15 sudah lengkap.
"Pesanannya sudah lengkap, ya. Terima kasih," kata Natasha sambil tersenyum.
Pria itu balas tersenyum.
Natasha langsung berbalik badan dan beranjak dari meja itu.
GANTENG BANGET WOI! batin Natasha dalam hati.
Natasha berusaha bersikap seperti biasa karena dia sedang berada di tempat kerja. Dia tidak bisa bersikap seenaknya.
---
Jam menunjukkan pukul 21:45. Cafè sudah sepi dan menyisakan pria yang tadi siang. Pria itu masih ada di tempatnya, melihat layar tabletnya. Sejak tadi, dia sudah beberapa kali memesan kue dan minuman yang ada di cafè ini.
Orang sibuk, ya, batin Natasha.
Sebentar lagi, cafè akan ditutup. Natasha menuju meja nomor 15 untuk mengingatkan pria itu bahwa cafè akan segera tutup.
"Permisi. Mohon maaf mengganggu. Cafè sebentar lagi tutup," kata Natasha dengan nada sesopan mungkin.
Pria itu menoleh ke arah Natasha, tersadar dengan kehadiran seseorang.
"Oh, iya. Sorry, sorry," kata pria tersebut. "Makasih, ya."
"Terima kasih kembali, Kak," jawab Natasha dengan senyum.
Natasha dan yang lain mulai melakukan bebersih. Semuanya berbagi tugas untuk membersihkan cafè.
Pria tersebut sudah keluar dari cafè sebelum mereka semua melakukan bersih-bersih. Natasha membersihkan meja dengan lap dan cairan pembersih. Dia menyadari masih ada piring dan gelas di meja nomor 15. Natasha langsung mrngambil piring, gelas, dan stand nomor 8 dari atas meja. Mata Natasha mendapati sebuah benda kecil yang terhubung dengan gantungan kunci di atas kursi. Natasha mengambil benda tersebut dan mendapati sebuah modem USB dengan gantungan kunci. Di gantungan kunci tersebut, tertulis kata "Nathaniel". Natasha langsung teringat dengan pria tadi yang duduk di meja ini.
Natasha memutuskan untuk menyimpan benda tersebut di saku celananya dan membawa benda-benda milik cafè ke dapur. Natasha berpikir akan mengembalikan modem USB ini ketika dia bertemu lagi dengan pria tersebut.
Pasti dia bakal cari barangnya ke sini, batin Natasha.
Natasha melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya.
Nathaniel, ya. Namanya Nathaniel.
Sosok pria yang diduga bernama Nathaniel itu muncul di kepala Natasha. Natasha menunduk dan merasakan perasaan aneh di dada.
---
Keesokan harinya, pria yang meninggalkan modem USB kemarin datang lagi. Dia memesan Ice Coffee dan Tiramisu, membayar, dan membawa stand meja nomor 12.
Natasha memegang modem USB dari luar kantung celananya dan berniat untuk mengembalikan modem USB ke pemiliknya. Dia membawa nampan berisi segelas Ice Coffee dan Tiramisu menuju meja nomor 12 yang posisinya berada di dekat jendela, sama seperti yang kemarin.
Natasha mengulangi pesanan yang dipesan oleh pria itu dan meletakkannya di atas meja. Setelah itu, Natasha mulai membuka pembicaraan.
"Maaf, Kak. Kemarin, di kursi yang kakak duduki, saya menemukan ini," Natasha mengeluarkan modem USB dengan gantungan kunci dari kantung celananya. "Apakah ini punya Kakak?"
Pria itu melihat ke arah benda tersebut yang berada di atas telapak tangan Natasha. Pria tersebut langsung mengecek isi tasnya.
"Ah, iya. Ini punya saya soalnya tadi saya cek di tas ga ada. Terima kasih, ya," kata pria tersebut. Saat mengucapkannya, pria itu tersenyum dan cahaya matahari menerangi mata kirinya dan mengambil modem itu dari tangan Natasha. Natasha bisa melihat bola mata kiri pria tersebut menjadi warna coklat.
Natasha merasakan perasaan aneh di dadanya. Dia merasa pipinya sekarang memerah.
"Terima kasih, ya. Soalnya di modem ini ada file-file penting. Sebagai tanda terima kasih, saya mau traktir kamu salah satu makanan di sini. Oh, iya, namamu Natasha, ya?" tanyanya.
"Oh, iya. Nama saya Natasha," jawab Natasha sedikit gugup. Pria ini pasti mengetahui namanya dari name tag karyawan yang dikenakan olehnya.
"Nama saya Nathaniel, kamu pasti udah tau," kata Nathaniel, tertawa kecil. "Nanti saya traktir, ya, Natasha."
"Tidak usah, Kak," tolak Natasha dengan sungkan sambil melambaikan kedua tangannya di depan dadanya.
"Gak apa-apa. Terima aja. Nanti saya traktir salah satu menu di cafè ini. Kapan kamu selesai kerja?"
"Saya baru selesai kerja nanti malam."
"Kalo gitu nanti saya beliin abis ini. Oh, iya, saya bakal sering ke sini soalnya saya bakal jadi dosen di Universitas M. Jadi, kalo misalnya ada barang saya yang ketinggalan, tolong disimpan dulu, ya. Kejadian ketinggalan barang ga sekali dua kali terjadi sama saya, takutnya ceroboh kayak kemarin."
Natasha terdiam sebentar mendengar perkataan Nathaniel yang mengatakan kalau dia akan menjadi dosen Universitas M.
"Kakak bakal jadi dosen Universitas M? Saya mahasiswa dari Universitas M juga, Kak," kata Natasha.
"Oh, iya kah? Wah, kebetulan banget. Semester berapa?" tanya Nathan dengan antusias.
"Semester satu," jawab Natasha.
"Masih baru banget, ya. Saya baru masuk bulan Februari nanti pas pergantian semester. Saya bakal ngajar manajemen pemasaran, mata kuliah semester dua. Semoga kita ketemu, ya," kata Nathaniel.
Semoga kita ketemu, kata-kata itu terulang di hati Natasha.
"Iya, Pak," balas Natasha sedikit malu. Dia langsung mengubah panggilannya untuk Nathaniel.
"Aduh, ga usah panggil "Pak" dulu. Saya jadi berasa tua," kata Nathan sambil tertawa.
Natasha ikut tertawa sambil merasakan debaran yang tidak asing baginya. Mungkin, debaran ini bisa mengantarnya pada sesuatu hal yang lebih rumit.
Comments
Post a Comment