Skip to main content

[Cerita Pendek] Satu September Kelabu


Hari ini, 1 September 20xx...

Satu tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Kejadian di mana kamu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita. 

Saat itu, tidak seperti biasanya kamu mengajakku ke taman sekolah. Taman sekolah yang dihiasi oleh pepohonan yang rindang dan tanaman hias lainnya, menciptakan keindahan tersendiri. 

"Aku mau putus," katamu saat itu. 

Aku terkejut. Keterkejutanku membuat tubuhku kaku. Aku mematung di tempat. 

"Kamu bercanda?" 

"Aku serius." 

Kamu menjawab dengan tatapan serius. 
Setelah jawaban itu, aku terdiam sebentar. Lalu, aku langsung bertanya apa alasanmu ingin putus dan jawabanmu membuatku berpikir hal ini tidak masuk akal. 

"Kita ga ada kecocokan." 

Kita jarang bertengkar. Setiap hari kita selalu memberi kabar dan berbincang lewat aplikasi pesan. Kita menghormati batasan masing-masing. Apanya yang tidak cocok? 

"Apa aku ada salah? Kalau ada, aku bakal perbaikin." 

Kamu menggeleng. 

"Kenapa harus putus?"

"Karena udah ga cocok."

Kita terdiam selama lima menit. Saat itu, aku sadar aku tidak bisa memaksamu untuk terus bersamaku karena kamu merasa kita tidak cocok. Aku menghormati keputusanmu, perasaanmu. Perasaan tidak bisa dipaksakan. Aku melepaskanmu. Kamu pergi dan aku masih terdiam di tempat. 

Aku berusaha untuk tidak terus bersedih dan introspeksi diri. Apa salahku? Apa aku melakukan sesuatu yang buruk? Apa aku sudah mengatakan hal yang tidak pantas? Aku melihat kembali pesan-pesan yang aku kirimkan kepadamu selama pacaran, dari percakapan bulan Agustus tahun lalu, bulan di mana kita mulai menjalin hubungan serius. Tidak ada yang salah. Semuanya normal. 

Dua minggu kemudian, saat jam istirahat, beberapa murid satu angkatan berkumpul di lorong yang jarang dilewati siswa saat istirahat. Kebetulan, saat itu, aku baru kembali dari kantin dan ingin melewati lorong itu. 

Beberapa orang membawa kertas warna-warni. Aku berpikir mungkin ada yang ulang tahun. Tapi, kata-kata olokan keluar dari murid-murid yang berkumpul. 

Oh, ada yang nembak, batinku saat itu. 

"Cordelia, aku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?" 

Suara teriakan memenuhi lorong tersebut. Orang-orang yang berada di lorong yang berbeda dapat mendengar suara teriakan mereka. 

Aku terkejut. Jantungku berdebar kencang dan aku merasakan darah di dalam tubuhku mengalir secara cepat ke bawah, meninggalkan sensasi dingin di bagian punggung. 

Cordelia, batinku menyebut namamu. 
Walaupun aku tidak bisa melihat karena terhalang oleh orang-orang yang ada di depanku, aku tahu bahwa yang sedang ditembak adalah kamu. 

"Ya, aku mau." 

Sorakan murid-murid memenuhi lorong itu lagi. Aku merasa lemas. Tanganku bergetar. 

Aku berusaha meninggalkan tempat itu. Mengambil langkah mundur, berbalik, lalu berjalan, mengambil jalan memutar ke ruangan kelas. 

Kamu menjalin hubungan dengan orang lain setelah dua minggu mengakhiri hubungan denganku? 

Hal ini tidak masuk akal. 

Bagaimana bisa kamu menjalin hubungan baru dengan yang lain setelah dua minggu putus? 

Apakah semudah itu untuk menciptakan hubungan baru dalam waktu singkat? 

Aku berpikir, selagi kita berpacaran, mungkin kamu sudah memberikan hatimu dan menjalin hubungan dengan laki-laki lain selain aku.

Mungkin saat aku tidak melihat, kamu sedang bersama laki-laki itu. 

Aku tidak tahu. Aku juga tidak ingin mencari tahu, walaupun bisa saja ada yang tahu. 

Tanggal 1 September menjadi tanggal yang buruk. Bukan.. bukan tanggalnya. Kenangan di dalamnya yang membuat tanggal ini buruk. Kenangan yang membuat hari-hariku setelahnya menjadi buruk. 

Comments

Popular posts from this blog

[Cerita Mini] Peri di Halaman

Aku mengambil sandal yang ada di rak sepatu, memakainya, dan berjalan menuju halaman rumah sambil membawa ponsel.  Akhir-akhir ini, setiap pagi di hari libur, aku suka memotret tumbuhan-tumbuhan yang ada di halaman rumahku. Walaupun kecil, halaman rumahku memiliki banyak tumbuhan. Bunga mawar, bunga bougenville, bunga kembang sepatu, bunga kamboja, dan bunga-bunga kecil lain yang tidak kuketahui namanya. Bunga-bunga itu tidak ditanam di pot, melainkan langsung ditanam di tanah. Penempatan setiap bunga dibuat rapi di depan teras rumah dan saling bersebelahan. Di sisi kanan, terdapat rak pot yang ditumbuhi oleh tanaman-tanaman daun, seperti pohon beringin, bonsai, lidah mertua, dan lain-lain. Di seberang rak pot, terdapat pot-pot besar untuk tumbuhan yang ukurannya juga besar, seperti monstera, kuping gajah, dan aglaonema. Di tengah halaman, terdapat jalan berbatu. Di kanan-kiri jalan berbatu, tumbuhan-tumbuhan lain juga tumbuh, seperti daun clover, bunga petunia, dan bun...

[Cerita Pendek] Terlambat

⚠️Peringatan Pemicu⚠️ Kekerasan dalam pacaran, kata-kata kasar, adegan kecelakaan.  Cerita ini mengandung kata-kata dan aksi yang mungkin tidak disukai atau membuat sebagian pembaca tidak nyaman. Dimohon kebijakan pembaca saat membaca cerita ini. Cerita ini sepenuhnya adalah fiksi. Nama tokoh, latar tempat, dan alur cerita merupakan fiksi dan tidak ada di dunia nyata.  Selamat membaca.                                            --- "Lo serius, Mel?"  Kania melihat ke arah temannya itu dengan tatapan dan nada bicara heran.  "Lo balikan lagi sama dia?" tanya Kania memastikan teman yang ada di depannya. Teman yang ada di depannya hanya menunduk sambil memainkan kuku jari telunjuk tangan kiri dengan tangan kanannya.  "Gue ga habis pikir sama lo, Mel. Lo udah diselingkuhin tiga kali, ditampar, dikata-katain, dan kejadian-kejadian itu ga bikin lo s...

[Cerita Pendek] The Killer

⚠️PERINGATAN PEMICU⚠️ Darah, pembunuhan, kata-kata eksplisit, benda tajam.  Cerita ini mengandung kata-kata dan aksi yang mungkin tidak disukai atau membuat sebagian pembaca tidak nyaman. Dimohon kebijakan pembaca saat membaca cerita ini. Cerita ini adalah cerita fiksi. Nama tokoh, alur, dan latar tempat sepenuhnya fiksi dan tidak berdasarkan kejadian nyata.                                         --- " Guys ! Tessa meninggal!" Suara itu datang dari arah pintu kelas 8A. Yoga yang membawa berita kematian menunjukkan wajah kecapaian, mungkin karena dia habis berlari.  "Tessa? Maksud lo Tessa anak kelas kita? Tessa Sabrina?" tanya Feni. "Ya, iyalah. Tessa siapa lagi?" balas Yoga.  Jawaban dari Yoga membuat seluruh kelas riuh. Anak-anak kelas lain yang lewat mendengar kabar itu dan menunjukkan wajah terkejut.  "Lo tau darimana?" tanya Johan.  " Genk nya Te...